Kekerasan pada perempuan adalah isu yang telah lama ada dan sampai sekarang masih marak terjadi. Kekerasan ini tidak hanya terjadi pada perempuan dewasa, namun juga remaja bahkan anak anak perempuan. Data dari menyebutkan bahwa terdapat 243 juta perempuan dan anak perempuan yang mengalami pelecehan dan kekerasan sebelum Covid 19.

Kemudian selama pandemi Covid 19, kekerasan pada perempuan masih terjadi, terutama di lingkup rumah tangga. Permasalahan ini sebenarnya bukan urusan satu atau dua pihak, melainkan kita semua para perempuan. Kita sebagai orang yang melihat adanya tindak kekerasan pada perempuan bisa melakukan aksi nyata untuk setidaknya membantu.

Bakal lebih baik kalau kita bisa berkontribusi untuk memutus masalah kekerasan ini agar tidak terjadi lagi di kemudian hari. Masih melansir dari UN Women, ada lima langkah yang bisa kita lakukan saat mengetahui terjadinya kekerasan atau pelecehan. Ketika ada penyintas kekerasan seksual yang berani untuk speak up atau bercerita, maka dengarkan.

Sebab menceritakan kejadian traumatis yang pernah mereka alami adalah sebuah langkah besar yang akan membantu memutus siklus pelecehan. Selanjutnya, jika kamu dipercaya untuk mendengarnya, berikanlah dia ruang aman yang dibutuhkan untuk berbicara dan didengar. Biasanya, penyintas merasa sendiri dan kerap kali menarik diri dari lingkungan.

Sehingga, kamu dapat menghargai usahanya untuk menceritakan pengalamannya dengan mendengarkannya. Sebab, hal ini merupakan langkah pertama yang bisa ia lakukan untuk menceritakan bentuk pelecehan yang ia alami. Ajari generasi berikutnya untuk tidak melakukan pelecehan maupun kekerasan pada perempuan.

Kita bisa melakukannya dengan membentuk pola pikir generasi yang akan datang ini. Terlebih lagi, informasi mengenai gender sebaiknya diajarkan pada anak sejak dini. Ajarkan anak anak untuk menghargai perempuan dan peran gender sejak dini.

Kemudian, ajarkan kepada anak anak mengenai otonomi tubuh yang harus dijaga dari lawan jenis. Selanjutnya, beri pengetahuan anak anak mengenai hak hak perempuan. Pelayanan bagi para penyintas merupakan layanan bantuan yang esensial.

Baik berupa konseling, hotline, rumah aman, atau instansi. Hal ini merupakan bentuk dukungan bagi penyintas kekerasan berbasis gender yang harus tersedia. Terutama selama pandemi virus corona saat ini.

Saat ini, KemenPPPA memiliki layanan SAPA 129 untuk para penyintas yang mengalami bentuk pelecehan atau kekerasan berbasis gender. Ada banyak bentuk pelecehan atau kekerasan yang dapat dialami oleh perempuan dan anak perempuan. Semuanya dapat memiliki efek fisik dan emosional yang serius bagi penyintas.

Jika kamu khawatir tentang seorang teman yang mungkin mengalami kekerasan atau merasa tidak aman di sekitar seseorang,perhatikan tanda tanda ini. Kemudian, pelajari tentang cara untuk membantu mereka menemukan keamanan dan dukungan. Sementara itu, jika kamu merasa seseorang melecehkan kamu, sebisa mungkin cari bantuan kepada lembaga yang kamu percaya.

Kekerasan dapat terjadi dalam berbagai bentuk, termasuk pelecehan seksual di tempat kerja dan di ruang publik. Jika kamu melihat kekerasan secara langsung, ambil tindakan sesuai kemampuanmu. Sebab, kekerasanatau pelecehan berbentuk komentar seksual, atau lelucon seksis merupakan hal yang tidak pantas diterima oleh penyintas.

Ciptakan lingkungan yang lebih aman bagi semua orang dengan menantang rekan rekan Anda untuk merefleksikan perilaku mereka sendiri. Berbicaralah ketika seseorang melewati batas, atau dengan meminta bantuan orang lain jika kamu merasa tidak aman. Seperti biasa, dengarkan para penyintas kekerasan pada perempuan dan pastikan mereka mendapat dukungan yang mereka butuhkan. (*)

Artikel ini merupakan bagian dari KG Media. Ruang aktualisasi diri perempuan untuk mencapai mimpinya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *